Reporter : Chandra Gunawan

Bola206– Wakil Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta, Ashad Kusuma Djaya meminta agar polemik penamaan Gajah Mada tidak hanya dilihat berdasarkan hasilnya saja tetapi juga pada prosesnya. Ashad menerangkan bahwa Lembaga Hikmah dan kebijakan Publik (LHKP) berada di bawah kewenangannya selaku Wakil Ketua PDM kota Yogyakarta.Agen bola terpercaya
Ashad pun mengaku saat penelitian hingga buku berjudul 'Kasultan Majapahit: Fakta Sejarah yang tersembunyi' karya Herman Sinung Janutama tersebut terbit, dirinya sempat mengikuti prosesnya.Bandar Sabung Ayam (LIVE)
"Bagi kita saat ini kesimpulan seperti itu tidak terlalu penting sebenarnya. Gajah Mada Islam atau tidak, itu tidak penting," terang Ashad saat ditemui Sabtu (17/6) lalu.Agen Sabung Ayam
Ashad menyampaikan bahwa metode yang dilakukan oleh herman sinung dalam penulisan buku tersebut menggunakan metode yang menarik. Diantaranya dengan mengunjugi makam-makam tua dan melihat batu nisannya.Sabung Ayam Online
"Dari batu nisan itu bisa di ketahui dari zaman apa. Soalnya tiap batu nisan itu berbeda-beda bentuk dan ukirannya. Sesuai dengan zamannya masing-masing," terang Ashad.
Ashad menerangkan bahwa selain menggunakan metode mengunjungi makam, Herman Sinung membuat buku tersebut. Saat proses pembuatan,beberapa kali diskusi juga dilakukan dengan mengundang sejumlah ahli seperti Joko Suryo (Sejarah UGM). Saat itu Joko Suryo juga sempat mengkritis. Apa yang disampaikan Joko Suryo kita terima. Bagi kita saat itu bukan masalah hasil tapi bagaimana yang dilakukan Herman Sinung itu sebagai salah satu cara pandang yang ditawarkan. Kami waktu itu menghargai benar proses intelektual yang sedang dijalano oleh Herman Sinung," papar Ashad.Sabung Ayam
Ashad menguraikan bahwa saat ini yang tengah viral di media sosial tak sepenuhnya benar seperti isi buku yang di terbitkan pada tahun 2010 yang lalu. Ada beberapa, lanjut Ashad, yang dipelintir. Diantaranya adalah panamaan Gajah Mada menjadi Gaj Ahmada.
"Dibuku itu tidak di tulis Gaj Ahmada tetapi Gajah Mada. Yang disosial media itu tak sepenuh nya benar," jelas Ashad.
Ashad menambahkan bahwa segala proses intelektual itu harus dihargai. Proses intelektual unutuk menemukan sejarah Majapahit dan Gajah Mada itu memberikan alternatif-altenatif hasik yang menarik. kalaupun ingin menolak, sambung Ashad, harus dengan cara yang intelaktual jga.
"Mereka juga perlu berpikir dengan metodelogi alternatif, jangan terjebak pada kemapanan. Kalau ingin menolak ya mari menolak secara metodelogi juga, itu yang menunjukan seorang intelaktual dan tidak," pungkas Ashad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar